Just A Life Journey of A Girl

Just A Life Journey of A Girl

A Life Learner

Semoga,,kehadiranku disini,,dapat sedikit menjadi pewarna dalam hidupmu,,walau hanya setitik...

Jumat, 28 Oktober 2011

MUDA

1. Para pe-#Muda selalu memesona. Lihatlah mereka: tidurpun membawa perubahan, apalagi jika terjaga.

2. identik dengan 'hijau'. Masih hijau artinya masih terus bertumbuh, berkembang. Sementara yang matang, membusuk.

3. identik dengan 'tidak berpengalaman'. Tapi jika pengalaman artinya suka hadapi masalah baru dengan cara lama: Bahaya!

4. identik dengan kebersamaan dalam prihatin. Kita kadang lebih sulit bersatu jika telah banyak berpunya, luas berdaya.

5. identik dengan kejelasan sikap. Hitam-/-putih. Ya-/-tidak. Tak ada jalan ketiga. Hal yang tepat dalam soal 'Aqidah.

6. identik dengan gejolak. Titik temu dari ragam gejolak jadi terobosan berharga. Di situlah kita merangkai masa depan.

7. Ke-#Muda-an identik dengan pesona & ketangguhan fisik. Bagaimanapun 2 hal ini membantu ide perubahan tampil segar & cantik.

8. identik dengan tergesa, inginnya wujud segera. Maka disabarkan, 'tidurkan gelora' sembari mempersiapkan perangkatnya.

9. identik dengan masa ketergodaan dan gelimang nikmat. Mereka yang memilih jalan sunyi untuk berjuang, pasti istimewa.

10. identik dengan sedikitnya beban sejarah. Mereka lebih merdeka bersikap sebab tak terbelenggu rekam jejak masa lalu.

11. identik dengan mempertanyakan. Memang di situ letak kecerdasan; bukan dalam jawaban. 1 tanya kan membuka 1000 kerja.

#SUMPAHPEMUDA
@Salimafillah







GAGAL

Mungkin kegagalan memang lebih baik dibanding keberhasilan. Pun begitu bagi Adam, Musa, & Yunus; adalah jalan cerita menuju mulia.

Adam taat, lalu bertaubat; diampuni & selamat. Iblis berhasil ibadat, mulia di sisi malaikat, lalu bangga diri; maka laknat abadi.

Musa menahan emosi, membunuh orang & lari; dia diangkat jadi Nabi. Qarun berhasil kaya, lalu takjubi ilmu sendiri; dibenam bumi.

Yunus sabar, pergi, & terinsyaf di perut ikan; ummatnya pun beriman. Bal’am berhasil jadi ‘ulama, tapi ujung hidup khianat hina.

@Salimafillah

JANGAN

Jangan Marah! Sebab kemarahan mempertunjukkan semua kejelekan lahir & batin yang bisa disembunyikan dengan keramahan.

Jangan Dengki! Sebab hasad itu menyengsarakan kita saat orang lain bahagia, & mengajak ke neraka saat orang lain berduka

Jangan Bergunjing! Sebab gunjingan memakan pahala seperti api hanguskan kayu, menghimpun dosa seperti magnet menarik besi.

Jangan Merendahkan! Sebab hinaan menjatuhkan yang mencela, menanam dendam pada nan dijelekkan, & melalaikan dari perbaikan

Jangan Menunda! 'Amal yang tak dikerjakan hari ini takkan tertampung oleh esok hari yang memiliki hak ibadahnya sendiri.

Jangan Mengeluh! Sebab mengeluh -apalagi pada sesama tak berdaya- adalah cara termudah membuat kelam setitik jadi gelap semesta.

Jangan Menghakimi! Itu hanya merumitkan urusan saat kita jadi terdakwa di akhirat! Tugas dunia kita adalah jadi penyeru & saksi!

Jangan Mengungkit! Sebab bahkan pemberian yang menggunung tapi disebut-sebut kalah nilai dari wajah cerah & senyum manis.

Jangan Berdusta! Sebab kebohongan adalah candu menyakitkan; ia membuka berlipat pintu keburukan yang kian berkelindan

Jangan kagumi amal diri! Bahkan dosa yang membawakan sesal & taubat jauh lebih baik daripada ibadah yang melahirkan kesombongan!

Jangan Berdebat! Semua perbantahan YANG TAK LAHIRKAN AMAL melemahkan daya, menghabiskan waktu, membatalkan jatah rumah di surga.

Jangan Keras Hati & Kasar Sikap! Bahkan ahli kebenaran jika tak santun akan meruntuhkan rasa hormat sesama pada kebenaran itu.

Jangan Mempersulit! Agama adalah kemudahan untuk menjamin selamatnya insan sampai tujuan. Siapa memperrumit, akan kalah

Jangan Mendendam! Ia bagai menenggak racun ke kerongkongan sendiri lalu berharap orang lain yang mati. Penawarnya: memaafkan;)

Jangan Putus Asa! Ia ini kunci mati bagi segala kemungkinan baik nan berjuta. Sebab Allah mengarunia segaris sangka hambaNya.

Jangan Malas! Sebagaimana jatah rizqi takkan salah alamat, tanggungan ‘amal kita juga takkan diambil alih orang lain

Jangan Lari dari Masalah! Tugas kita meng-HADAP-i, lalu biarlah Allah yang meng-ATAS-i!

Jangan Kikir! Harta menemani sampai surga jika dititipkan pada yang membutuhkan. Tiada yang fakir disebabkan sedekahnya.

Jangan Serakah! Zuhudlah pada yang dimiliki manusia, mereka kan mencinta kita. Zuhudlah pada dunia, jadilah dirindu surga

Jangan Remehkan Sekecil Apapun Kebaikan! Amal sederhana yang diletarikan merangkai cintaNya, menjelma titian lancar ke surga.

Jangan Abaikan Sekecil Apapun Dosa! Bukan kecil jika terus dilakukan. Bukan kecil jika yang dikhianati adalah Yang Maha Besar.

Jangan Menganggur! Tak mengerjakan apapun, baik untuk dunia maupun akhirat, adalah pemandangan menyedihkan bagi langit & bumi.

Jangan Zhalim! Setiap kezhaliman membunuh sakinah di hati pelakunya, membuat Allah & makhluqNya murka, & menjauhkan dari surga.

Jangan Bosan Berdoa! Allah Maha Tahu, maka berdoa bukan cara memberitahuNya apa yang kita perlu. Doa itu bercakap mesra.

Jangan Khianati Nurani! Tiap saat dia membisikkan kebenaran. Mengikutinya kadang memang sunyi, tapi dibersamai senyum Ilahi.

Jangan Takut Gagal! Jalan kegagalan & keberhasilan itu sama. Hanya saja; alamat kesuksesan agak lebih ujung

Jangan Sembarang Makan! Setiap yang haram & tak suci merusak badan, menumbuhkan umpan neraka, menghalangi sampainya doa.

Segala puji bagi Allah, yang mengaruniakan kata "JANGAN" tuk menjaga kita dari keburukan.

Kami beriman Ya Rabbi; segala yang dariMu adalah baik & sempurna; termasuk 380 (tiga ratus delapan puluh!) kata "JANGAN" dalam Al Quran.

KULTWIT @SALIMAFILLAH

Selasa, 25 Oktober 2011

Doa Jumat

Allah, dekatlah Engkau mengabul doaku, jawab pintaku, luruskan fikirku, jelitakan ucapku, gamit lenganku, bimbing langkahku.

Allah, ampuni aku yang tahu bahwa pengawasanMu tak kenal henti, tapi kadang merasa aman bermaksiat dalam sepi.

Allah, ampuni aku sebab tahu bahwa penilaianMu-lah yang sejati, tapi kadang masih khawatir kalau 'amal baikku tak diketahui..

Allah, ampuni aku yang tahu bahwa surga itu nyata, tapi kadang masih merasa alangkah beratnya ibadah, taat & taqwa.

Allah, ampuni aku yang tahu bahwa siksa neraka itu ada, tapi masih sering membayangkan alangkah nikmatnya dosa-dosa.

Allah, ampuni aku yang tahu bahwa ada berbangkit setelah mati, tapi tak beramal tuk bekal menghadapi tangan-kaki yang jadi saksi.

Allah, ampuni aku yang tahu bahwa kelak semua 'amal akan diperlihatkan, tapi masih kekurangan malu digoda kenistaan.

Allah, ampuni aku yang tahu bahwa kubur itu gelap & sunyi, tapi kurang semangat menerangi & meramaikan dengan bershalih diri.

Allah, ampuni kami sebab kadang mengaku taubat nashuha, namun masih saja tergelincir kembali pada dosa yang sama

Allah, ampuni kami sebab mengaku ikhlas beramal karenaMu sejati, tapi masih saja ada selainMu menyelinap dalam hati.

Allah, hari ini ada tangis & kehilangan. Ada juga senyum & keberhasilan. Kuatkan kami saling berbagi hingga terrasakan kehambaan.

@salimafillah

Sang Nabi

Perawakan Sang tidak tinggi, tidak pendek. Rambutnya tidak keriting, tak pula lurus. Wajah beliau tidak bulat, bukan pula persegi.
Kulit Sang cerah, putih kemerah-merahan. Rambutnya disisir ketika sebahu, & digerai ketika papak sedaun telinga. Dahinya lebar.
Alis Sang melengkung & panjang, tebal & nyaris bertaut di tengah. Di antara keduanya terdapat urat yang memerah saat beliau marah.
Bola mata Sang indah & hitam, bulu matanya lentik menawan. Hidungnya mancung, bagian atasnya pancarkan cahaya. Kedua pipinya datar.
Janggut Sang menggaris dari depan telinga, menebal menuju dagu. Mulutnya lebar, gigi-giginya besar, & dari selanya memancar sinar.
Dari pangkal janggut , beralur ke bawah bulu-bulu nan halus, lewat leher, melebat di dada, melajur bagai tongkat hingga ke pusarnya.
Leher Sang jenjang & indah. Perut beliau sama rata dengan dadanya yang bidang. Jarak kedua bahu beliau lebar. Persendiannya kokoh.
Lengan Sang berjuntai, telapak lebar & tebal, jemarinya panjang. Telapak kaki beliau melengkung, halus hingga airpun tak menempel.

Sang berjalan dengan langkah kaki lebar, begitu langsam bagaikan menuruni bukit, tubuh beliau ikut berayun anggun di tiap langkah.
Kalau menoleh, Nabi berbalik dengan seluruh badan, lebih sering menunduk dibanding menatap tegak, melihat dengan penuh perhatian.
Dulu suka menyisir rambut ke belakang, seperti Ahli Kitab. Saat keingkaran mereka nyata, beliau selisihi dengan menyisir belahnya.
Sang suka meminyaki rambutnya. Kata Anas, uban beliau nan hanya 20 helai jadi tak tampak. Beliau gemar merapikan janggutnya.
Sang punya sebuah celak khusus yang beliau gunakan menjelang tidurnya. Tiga kali tuk kanan & kiri, sejuk & menumbuhkan bulu mata.
Pakaian kesukaan Sang adalah gamis berwarna putih, hibarah buatan Yaman berwarna merah, & baju sampir 2 helai warna hijau & hitam.
Sang berminyak wangi di seluruh tubuhnya. Isteri beliau mengoleskan di sekujur badan, lalu beliau sendiri harumkan bagian 'aurat.
Jemari manis Sang dilingkari cincin perak, matanya batu Habasyah bertuliskan "Muhammad Rasul Allah". Ia dilepas jika masuk tandas.
Sang menyimpan selalu selimut Khadijah; selimut yang menenangkan saat beliau terguncang wahyu pertama & di dalamnya beliau diseru.
Sang suka olahraga lari. Kadang bersama isteri. Kadang dengan anak-anak kecil yang beliau lombakan; siapa menangkap beliau duluan.
suka minum susu di wadah yang sama dengan isterinya, ditepatkan di bekas bibirnya. Anggur, zaitun, & buah lainnya, segigit berdua.
Tidur Sang tak pernah tengkurap. Jika miring berbantal telapak & kakinya disilang. Jika telentang kaki kanan diletak di atas kiri.
Kadang dalam renung khusyu', Sang duduk dengan lutut diangkat menempel perut. Suka bersandar bantal, tapi BUKAN di saat makan.
suka mandi bersama & bercanda main air dengan isteri-isterinya, bahkan pada Saudah yang tua. Kemesraan mereka tak terhalang usia.
Penutup kepala kesayangan adalah serban hitam, dikenakan dengan ujung menjatuh di pundak. Sandalnya bertali dua dari kulit hewan.

Makanan kesukaan -jarang beliau nikmati- ialah paha kanan kambing. Camilannya hais; campuran kurma rendam dengan keju & yoghurt.
yang penuh cinta memberi nama semua miliknya; dari perkakas rumah-tangga, bejana, kuda, unta, keledai, pedang, tombak, & lainnya.
makan roti dari tepung utuh yang tak diayak (dulu dianggap rendah; sekarang sehat berserat;), lauknya minyak zaitun, cuka, & labu.
TIDAK PERNAH mencela makan. Jika menyukainya beliau memakannya penuh syukur, jika tidak suka beliau cukup diam & tulus tersenyum.
TIDAK PERNAH mencela hidangan. Jika suka, beliau memakannya penuh syukur. Jika tidak suka, beliau cukup diam & tulus tersenyum.
kerjakan sendiri apa yang beliau bisa di urusan rumah tangga; menambal baju sobek, menjahit sandal rusak, memerah susu, & lainnya.

sangat suka bersiwak bersih gigi; jelang shalat, akan membaca Al Quran, menemui tamu & sahabat, juga tiap jumpa isteri & keluarga.
tak pernah jijik pada isteri yang haidh (sebagaimana kebiasaan Arab & Yahudi), beliau tetap bermesra, hanya menghindari jima'-nya.
Saat 'Aisyah haidh, tiduran di pangkuannya sambil lafalkan Quran; atau meletakkan kepala di antara pahanya, tidur dalam sahaja.
Bahkan tuk shalat malam, minta izin pada isteri yang sedang bersama di ranjang. "Apa kau relakan malam ini aku menghadap Rabbku?"
Karena kamar mereka sempit, saat shalat malam, berdiri menghadap 'Aisyah. Tuk bersujud, disentuhnya kaki sang isteri agar ditekuk.
Bengkaklah kaki Sang tersebab panjang shalatnya, sembab matanya oleh tangis duka. "Bukankah kau sudah diampuni?", tanya 'Aisyah.
Dosa beliau; lalu, kini, & nanti memang telah diampuni; maka kata tentang ibadah payahnya, "Ku ingin menjadi hamba nan bersyukur."

Menangis 'Umar melihat ranjang pelepah kurma membekaskan bilur di punggungnya. "Duhai , Kisra Persia & Kaisar Romawi dikelilingi ribuan pelayan, aneka perhiasan, & limpahan hidangan. Sementara engkau lebih mulia!" Jawab , "Tak relakah kau hai 'Umar, mereka merengkuh dunia sedang kita menyimpannya tuk kelak akhirat sana?" tersenyum, membersihkan pasir yang menempel di dahi sujudnya.
Sang tak suka diistimewakan. Jika ada pekerjaan di perjalanan, beliau selalu cari peluang tuk berperan; sampai pun menyiapkan api.
Jika dihadapkan pada pilihan, Sang selalu mengambil hal yang mudah & ringan, selama ianya tak jatuh pada hal yang diharamkan.
"Tak pernah kulihat", kata Anas, " murka atau membalas laku buruk atas pribadi beliau. Beliau hanya marah jika Allah dihinakan."
"Pernah 3 purnama", ujar 'Aisyah, "Di rumah kami tiada api menyala." Apa penyambung hidup -Nya?, tanya 'Urwah. "Kurma & air saja."
Kelembutan Sang tak terhalangi & tak menghalangi ibadahnya. Umamah binti Abil 'Ash, si cucu, sering digendong dalam shalatnya.

Satu waktu, Abu Hurairah melihat Al Husain & Al Hasan menunggang punggung Sang keliling ruangan. Tertakjub & tak tertahankan kata.
"Duhai permata hati", ujarnya, "Tunggangan ini adalah yang terbaik di langit & bumi." Sang berkata, "Demikian pula penunggangnya!"
Satu kali, bersama Abu Bakr & 'Umar, keluar. Dan sungguh yang menyebabkannya adalah rasa lapar. Bertamulah mereka ke rumah Anshar.
Jamuan bersahaja, tegukan susu unta & keratan daging domba, kemudian bersabda, "Sungguh atas nikmat hari ini kalian akan ditanya!"
Dia kita; yang menahan sesak kala dalam ruku' lehernya dijerat, saat sujud kepalanya diinjak & punggungnya dituangi kotoran unta.

kultwit @salimafillah

Minggu, 16 Oktober 2011

INSPIRATION WORDS FOR WRITERS

Seringkali, yang membuat ujung pena terhenti menuangkan kata adalah keinginan untuk melahirkan tulisan yang banyak disanjung orang.

Sementara yang memecah kebuntuan adalah sikap APA ADANYA dalam menuturkan kebenaran.

Resep menulis yang paling baik adalah; Tuangkan saja!

Gagasan yang baik sering tidak tersampaikan karena kita sibuk memikirkan bagaimana membuat AWALAN.

Padahal, awalan yang terbaik adalah cetusan gagasan itu sendiri.

Banyak orang menunggu MOOD untuk menulis. Sementara bagi yang lain; mood bangkit karena kuatnya semangat menyampaikan KEBENARAN.

Tanpa bakat, orang tetap bisa menjadi penulis hebat. Tapi tanpa kegigihan, penulis berbakatpun tak berarti apa-apa.

BY SALIM A FILLAH

Sabtu, 15 Oktober 2011

Curhatan Ustadz Salim a Fillah tentang bidadarinya :)

Duhai Cinta; lukaku selalu Allah sembuhkan dengan air matamu. Bahagiaku selalu Allah sempurnakan dengan tawamu.

Duhai Cinta; gelisahku senantiasa tenggelam bersama senyummu; hebatlah kesediaanmu mendampingiku; tanpa syarat, tanpa jemu.

Telah kau insyafkan betapa tak mudah menjadi lelaki; tak pernah sempurna kumemberi, meski kukerahkan segala cinta & daya diri.

Karena tak pernah utuh aku menjadi suami; sebagaimana kau tahu aibku di sana-sini; seperti kau rasa khilafku terulang lagi

Tiap hari, merambatlah usia ini, dan tak ada yang bisa kuberikan padamu, selain doa yang kulantun dengan bersahaja; kadang rahasia

Moga ia tak usang, tak lekang, dan makin lama kian INDAH. Seperti namamu; moga selalu dalam ridha dan barakah.

Tentu saja saat itu, tujuh tahun lalu, kau punya banyak pilihan. Dan aku, he he, sama sekali tak masuk hitungan.

Aku bukan lelaki yang jika kau lihat seakan wujud malaikat. Dan pasti tetap sakit, jika kau tatap wajahku sambil mengiris jemari.

Aku juga bukan pria yang jika diajak bicara; membuatmu merasa ada & berharga. Bahkan aku dijuluki; si penumpah airmata.

Sulit kubayangkan apa yang ada dalam benakmu, -terlebih ayah ibumu-, ketika di acara khithbah, ringan saja aku berkata: “Urusannya ialah segera menikah. Belum soal dengan siapa. Jika tak dapat mertua di sini, insyaaLlah kami cari di pulang nanti.”

Aku tahu, aku terlihat tak waras dan tak tahu malu dengan kata-kata itu. Tapi hebatnya, kau memahamiku.

Dan tertakjub aku, karena kau bisa meyakinkan walimu, bahkan wangsamu; bahwa aku makhluk langka, patut dilestarikan jua;

Ternyata kita memang sejiwa, seakan ketika melirikmu sekilas, hatiku berkirim pesan menyapa & lirih mencintakan taqwa.

“Aku bukannya tak sabar. Hanya tak ingin menanti. Karena ketegasan macam ini adalah juga kesabaran –juga kesiapan diusir pulang."

"Karena kita tahu, dalam penantian, ada lebih banyak celah syaithan. Lagu nantikanku di batas waktu, tak tercipta tuk kita bukan?”

-aku sadar, sejak peristiwa itu kau mulai mengenalku, dan menyiapkan diri untuk kelaknya, banyak-banyak menyabariku-

Maka kusyukuri hadirmu sebagai penggenap separuh agamaku; penjaga ketaatanku. Bantu aku bertaqwa di separuh lainnya, Cintaku..

Maka segala puji bagi Allah; yang hanya dengan pertolonganNya kita mampu berdzikir, bersyukur, & membaikkan ibadah kita..

Tujuh tahun lalu kita menikah. Aku lalu tahu bahwa kau agak pemarah. Tapi aku suka itu; sebab marahmu selalu di atas alasan jitu.

Dan lagi, kau tak seganas ‘Aisyah yang membanting piring, ketika Nabi menjamu tamu-tamu. Saat itu, mereka terbelalak lalu haru.

Kau juga tak pernah sampai mengatai suami, “Kamu ini hanya mengaku-aku Nabi!”, seperti 'Aisyah di waktu murka diri

Ah, begitulah 'Aisyah; begitu besar cintanya pada lelaki sempurna; besar pula cemburunya. Jadilah cermin tuk rumahtangga kita.

Separah-parahnya yang kurasakan saat marahmu hanya tak kau bukakan pintu di larut pulangku.
Jadiku bagai ‘Ali saat dimarahi Fathimah; tidur di luar berselimut tanah. Ketika itu dia dapat sapa cinta dari mertua: Abu Turab.

Dan kau memintaku menjadikanmu Khadijahku. Itu artinya kau akan meneladaninya; misalnya dengan tak bertanya Ketika kau lihat beban menekuk mukaku, menggontaikan tubuhku. Lalu kau mempersilakanku berbaring bukan di kamarmu, Karena begitulah yang dilakukan Khadijah ketika suaminya berjebah; terguncang, gelisah, menggigil, & payah ditimbuni risalah. Tapi menjadikanmu Khadijah artinya juga; takkan ada selain dirimu, sebelum Allah memanggilmu;)

Soal yang ini, doakanlah aku kuat; dan -demi Allah aku berjanji- takkan meminta padaNya agar itu terjadi cepat-cepat;

Duhai, 7 tahun bersamamu Cinta, ada banyak yang tak bisa diungkap dengan kata. Semoga selalu berasa surga sebelum surga.