Just A Life Journey of A Girl

Just A Life Journey of A Girl

A Life Learner

Semoga,,kehadiranku disini,,dapat sedikit menjadi pewarna dalam hidupmu,,walau hanya setitik...

Sabtu, 15 Oktober 2011

Curhatan Ustadz Salim a Fillah tentang bidadarinya :)

Duhai Cinta; lukaku selalu Allah sembuhkan dengan air matamu. Bahagiaku selalu Allah sempurnakan dengan tawamu.

Duhai Cinta; gelisahku senantiasa tenggelam bersama senyummu; hebatlah kesediaanmu mendampingiku; tanpa syarat, tanpa jemu.

Telah kau insyafkan betapa tak mudah menjadi lelaki; tak pernah sempurna kumemberi, meski kukerahkan segala cinta & daya diri.

Karena tak pernah utuh aku menjadi suami; sebagaimana kau tahu aibku di sana-sini; seperti kau rasa khilafku terulang lagi

Tiap hari, merambatlah usia ini, dan tak ada yang bisa kuberikan padamu, selain doa yang kulantun dengan bersahaja; kadang rahasia

Moga ia tak usang, tak lekang, dan makin lama kian INDAH. Seperti namamu; moga selalu dalam ridha dan barakah.

Tentu saja saat itu, tujuh tahun lalu, kau punya banyak pilihan. Dan aku, he he, sama sekali tak masuk hitungan.

Aku bukan lelaki yang jika kau lihat seakan wujud malaikat. Dan pasti tetap sakit, jika kau tatap wajahku sambil mengiris jemari.

Aku juga bukan pria yang jika diajak bicara; membuatmu merasa ada & berharga. Bahkan aku dijuluki; si penumpah airmata.

Sulit kubayangkan apa yang ada dalam benakmu, -terlebih ayah ibumu-, ketika di acara khithbah, ringan saja aku berkata: “Urusannya ialah segera menikah. Belum soal dengan siapa. Jika tak dapat mertua di sini, insyaaLlah kami cari di pulang nanti.”

Aku tahu, aku terlihat tak waras dan tak tahu malu dengan kata-kata itu. Tapi hebatnya, kau memahamiku.

Dan tertakjub aku, karena kau bisa meyakinkan walimu, bahkan wangsamu; bahwa aku makhluk langka, patut dilestarikan jua;

Ternyata kita memang sejiwa, seakan ketika melirikmu sekilas, hatiku berkirim pesan menyapa & lirih mencintakan taqwa.

“Aku bukannya tak sabar. Hanya tak ingin menanti. Karena ketegasan macam ini adalah juga kesabaran –juga kesiapan diusir pulang."

"Karena kita tahu, dalam penantian, ada lebih banyak celah syaithan. Lagu nantikanku di batas waktu, tak tercipta tuk kita bukan?”

-aku sadar, sejak peristiwa itu kau mulai mengenalku, dan menyiapkan diri untuk kelaknya, banyak-banyak menyabariku-

Maka kusyukuri hadirmu sebagai penggenap separuh agamaku; penjaga ketaatanku. Bantu aku bertaqwa di separuh lainnya, Cintaku..

Maka segala puji bagi Allah; yang hanya dengan pertolonganNya kita mampu berdzikir, bersyukur, & membaikkan ibadah kita..

Tujuh tahun lalu kita menikah. Aku lalu tahu bahwa kau agak pemarah. Tapi aku suka itu; sebab marahmu selalu di atas alasan jitu.

Dan lagi, kau tak seganas ‘Aisyah yang membanting piring, ketika Nabi menjamu tamu-tamu. Saat itu, mereka terbelalak lalu haru.

Kau juga tak pernah sampai mengatai suami, “Kamu ini hanya mengaku-aku Nabi!”, seperti 'Aisyah di waktu murka diri

Ah, begitulah 'Aisyah; begitu besar cintanya pada lelaki sempurna; besar pula cemburunya. Jadilah cermin tuk rumahtangga kita.

Separah-parahnya yang kurasakan saat marahmu hanya tak kau bukakan pintu di larut pulangku.
Jadiku bagai ‘Ali saat dimarahi Fathimah; tidur di luar berselimut tanah. Ketika itu dia dapat sapa cinta dari mertua: Abu Turab.

Dan kau memintaku menjadikanmu Khadijahku. Itu artinya kau akan meneladaninya; misalnya dengan tak bertanya Ketika kau lihat beban menekuk mukaku, menggontaikan tubuhku. Lalu kau mempersilakanku berbaring bukan di kamarmu, Karena begitulah yang dilakukan Khadijah ketika suaminya berjebah; terguncang, gelisah, menggigil, & payah ditimbuni risalah. Tapi menjadikanmu Khadijah artinya juga; takkan ada selain dirimu, sebelum Allah memanggilmu;)

Soal yang ini, doakanlah aku kuat; dan -demi Allah aku berjanji- takkan meminta padaNya agar itu terjadi cepat-cepat;

Duhai, 7 tahun bersamamu Cinta, ada banyak yang tak bisa diungkap dengan kata. Semoga selalu berasa surga sebelum surga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar