Duhai Cinta; gelisahku senantiasa tenggelam bersama senyummu; hebatlah kesediaanmu mendampingiku; tanpa syarat, tanpa jemu.
Tiap hari, merambatlah usia ini, dan tak ada yang bisa kuberikan padamu, selain doa yang kulantun dengan bersahaja; kadang rahasia
Moga ia tak usang, tak lekang, dan makin lama kian INDAH. Seperti namamu; moga selalu dalam ridha dan barakah.
Tentu saja saat itu, tujuh tahun lalu, kau punya banyak pilihan. Dan aku, he he, sama sekali tak masuk hitungan.
Aku juga bukan pria yang jika diajak bicara; membuatmu merasa ada & berharga. Bahkan aku dijuluki; si penumpah airmata.
Sulit kubayangkan apa yang ada dalam benakmu, -terlebih ayah ibumu-, ketika di acara khithbah, ringan saja aku berkata: “Urusannya ialah segera menikah. Belum soal dengan siapa. Jika tak dapat mertua di sini, insyaaLlah kami cari di pulang nanti.”
Dan tertakjub aku, karena kau bisa meyakinkan walimu, bahkan wangsamu; bahwa aku makhluk langka, patut dilestarikan jua;
“Aku bukannya tak sabar. Hanya tak ingin menanti. Karena ketegasan macam ini adalah juga kesabaran –juga kesiapan diusir pulang."
-aku sadar, sejak peristiwa itu kau mulai mengenalku, dan menyiapkan diri untuk kelaknya, banyak-banyak menyabariku-
Maka kusyukuri hadirmu sebagai penggenap separuh agamaku; penjaga ketaatanku. Bantu aku bertaqwa di separuh lainnya, Cintaku..
Maka segala puji bagi Allah; yang hanya dengan pertolonganNya kita mampu berdzikir, bersyukur, & membaikkan ibadah kita..
Tujuh tahun lalu kita menikah. Aku lalu tahu bahwa kau agak pemarah. Tapi aku suka itu; sebab marahmu selalu di atas alasan jitu.
Kau juga tak pernah sampai mengatai suami, “Kamu ini hanya mengaku-aku Nabi!”, seperti 'Aisyah di waktu murka diri
Ah, begitulah 'Aisyah; begitu besar cintanya pada lelaki sempurna; besar pula cemburunya. Jadilah cermin tuk rumahtangga kita.
Separah-parahnya yang kurasakan saat marahmu hanya tak kau bukakan pintu di larut pulangku.
Jadiku bagai ‘Ali saat dimarahi Fathimah; tidur di luar berselimut tanah. Ketika itu dia dapat sapa cinta dari mertua: Abu Turab.
Dan kau memintaku menjadikanmu Khadijahku. Itu artinya kau akan meneladaninya; misalnya dengan tak bertanya Ketika kau lihat beban menekuk mukaku, menggontaikan tubuhku. Lalu kau mempersilakanku berbaring bukan di kamarmu, Karena begitulah yang dilakukan Khadijah ketika suaminya berjebah; terguncang, gelisah, menggigil, & payah ditimbuni risalah. Tapi menjadikanmu Khadijah artinya juga; takkan ada selain dirimu, sebelum Allah memanggilmu;)
Soal yang ini, doakanlah aku kuat; dan -demi Allah aku berjanji- takkan meminta padaNya agar itu terjadi cepat-cepat;
Tidak ada komentar:
Posting Komentar